Pengenalan
metode pertanian modern yang sejalan dengan metode sebelumnya yaitu TPS (Tanam
Padi Sebatang) oleh Dinas Pertanian Kabupaten Tanah Datar berlangsung di Aula
Kantor Bupati Tanah Datar pada hari Rabu tanggal 10 April 2013
Lebih kurang
200 peserta yang hadir pada acara tersebut terdiri dari Ketua-ketua Kelompok
Tani di Tanah Datar, PPL yang ada disetiap Nagari yang terdiri dari 12
Kecamatan di Kabupaten Tanah Datar Beberapa Nara sumber diantaranya Kepala Dinas
Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tanah
Datar Bapak Ir.Edi Arman, Kepala Seksi Pengelolaan Lahan dan Air Propinsi
Sumatera Barat Bapak Ir.Jamalus dan juga hadir Bapak Ir.Suryadi dari Propinsi Sumatera Barat, Bapak Rum dan Ibuk Yel dari dinas Pertanian Tanah Datar.
“Tidak semua
Kelompok Tani yang ada di Tanah Datar ikut serta melaksanakan program tersebut karena dari ribuan Kelompok Tani yang ada di
Kabupaten Tanah Datar hanya 100 Kelompok saja yang melaksanakannya. Ini adalah
Kelompok yang terpilih dan terpercaya diTanah Datar tahun 2013 ini untuk
melaksanakan Pengelolaan Tanam Terpadu, untuk itu harus dilaksanakan sesesuai sebaik-baiknya sesuai dengan program dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga dapai mencapai sasaran yaitu peningkatan hasil
pertanian dan kesejahteraan bagi masyarakat tani hendaknya” kata Bapak Edi
Arman dalam kata pengarahannya.
“Cara bertani
padi secara SRI (System of Rice Intensification) selain untuk meningkatkan
produksi padi dengan memanfaatkan bahan-bahan organik yang ramah lingkungan,
relatif murah, mudah diperoleh, juga untuk memperbaiki struktur maupun kondisi
lahan persawahan secara perlahan dalam berkesinambungan.
Artinya dengan ber SRI, kita bukan saja dapat mempertahankan tingkat
produktifitas padi yang tinggi, tetapi juga memperbaiki struktur tanah sawah
tambahnya. Dulu masih segar dalam
ingatan kita begitu mudah mendapatkan cacing atau pun belut sawah karena lahan sawah
masih banyak humus dan subur tapi sekarang hal itu sudah sulit kita jumpai”
kenang Bapak Edi Arman.
Pembakaran
jerami yang masih sering dilakukan oleh para petani juga jadi perhatian khusus
bagi Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar
tersebut dengan berharap agar petani tidak lagi melakukan pembakaran jerami
karena kembalikanlah hak tanah untuk tanah, walaupun masih ada yang kesulitan
untuk membuat pupuk kompos minimal dipotong dan
tebarkan kembali kesawah sebelum membajak.
Berbagai
masalah pertanian khususnya mengenai SRI ini juga ditanyakan oleh beberapa Ketua
Kelompok dalam forum tanya jawab yang dibuka. Semua mendapat jawaban yang lugas
dan memuaskan dari para nara sumber.
Petani hanya merasa terbentur dan sedikit terkendala mengenai pembelanjaan uang negara tersebut memang
harus sesuai dengan prosedur dan ketentuan. Contohnya pembelanjaan untuk alat yang harus sesuai
dengan SNI (Standard Nasional Indonesia) dan harus sudah lulus uji rekomendasi
dari Dinas Pertanian. Padahal selain dari Tractor juga dibutuhkan alat untuk
pemotong jerami , namun alat ini tidak efektif dan efisien karena hanya mampu
memotong jerami 25kg/jam maka untuk jerami yang dalam jumlah banyak tentu
memakan waktu yang sangat lama, maka solusinya adalah menggunakan mesin
pemotong rumput yang dimodifikasi sekian rupa sehingga kecepatan dan pengerjaannya
sangat efektif sedangkan alat ini belum lagi mendapatkan rekomendasi dari Dinas
pertanian.
Namun demikian
pada akhir acara para Ketua kelompok Tani bersama PPL dan Dinas Pertanian
sepakat untuk menyukseskan Program SRI ini di Tanah Datar.
By ZUL AMRI